Kamis, 26 Februari 2009

Kopi Pahit Kadang Sepahit Hidup Kita

Malam itu masih saja aku ingat. Malam yang tak kan ku lupakan. Malam di tempat yang asing. Aku merasakan keanehan yang membosankan tetapi aku menikmatinya. Aku jauh, jauh dari tempatku. Ini bukan kamarku, ini bukan rumahku, ini bukan kotaku, bukan Jogja. Biasanya malam seperti ini aku berada di kamarku yang hangat dan nyaman. Tetapi aku tidak di tempatku. Aku berada jauh di peraduan, di pelabuhan, Ketapang namanya. Ah kenapa aku merasakan sesuatu yang begitu membingungkan. Malam itu aku bergelut dengan dingin. Dingin anginnya laut, dingin air gerimis, dingin hatiku.
Sungguh malam ini begitu jahanam. Aku tidak ingin mengingatnya tetapi aku rindu malam itu. Begitu banyak kejadian-kejadian yang telah aku lewati. Kejadian yang buruk maupun kejadian yang menyenangkan. Semuanya terlintas di kepalaku. Semuanya. Ingin sekali aku menangis. Tetapi tetap saja air mata ini tak bisa meleleh. Apakah ini efek dari kerasnya hatiku, piciknya pikiranku. Percuma saja. Air mata tak kan menyelesaikan permasalahan. Air mata tak kan membawaku ke waktu yang lalu sebelum aku melakukan kesalahan.
Ingin sekali aku kembali untuk memperbaiki semua kesalahan, supaya yang di otakku hanya keberhasilan yang selalu ada. Tapi itu mustahil. Aku hanya bisa berusaha untuk tidak membuat hal buruk lagi. Aku duduk di tepi terotoar. Kulihat langit nan hitam. Hitam kelam. Dari hitamnya langit jatuh tetesan air yang tak berirama. Sayup-sayup kudengar lantunan lagu yang berasal dari radio kotak milik penjaja makanan. Suara radio kotak yang begitu khas.
Kopi itu hanya kupandang saja. Belum kunikmati. Aku pikir kopi itu manis. Sesuai pesananku kepada si penjual. Tetapi setelah kuminum kopi ini begitu pahit. Sepahit hidupku saat itu. Setelah aku minum kopi itu, kuletakkan di kursi sebelah. Kupandang cangkir berisi cairan hitam yang berasa pahit itu.
Aku tersenyum. Hatiku seakan terhibur. Bukan seakan. Tetapi hatiku memang terhibur. Bagaimana tidak. Aku menemukan sesuatu yang baru. Kutemukan kebijaksanaan di cangkir itu.
Kopi hanya berasal dari biji saja yang setelah dipetik lalu dijemur dan dimasak dan akhirnya ditumbuk. Saat diseduh tanpa gula rasanya pahit. Yah kopi memang pahit, tetapi jika kita dapat menikmatinya maka kita akan merasakan sesuatu kenikmatan yang tek terkira. Begitu pula dengan hidup kita. Hidup ini memang terkadang pahit, tetapi jika kita dapat melaluinya dengan rasa senang maka kita juga akan mendapatkan kenikmatan yang begitu luar biasa. Semoga saja…..