Kamis, 19 Maret 2009

KEPULAUAN RAJA AMPAT


Tempat wisata yang sering dikunjungi orang Indonesia untuk berwisata biasanya adalah Bali. Dan Bali seakan menjadi tempat wajib untuk berlibur. Dapat dikatakan demikian karena memang Bali punya keunikan tersendiri dibandingkan dengan tempat lainnya. Tetapi saat musim liburan, Bali seperti pasar yang kadang membuat wisatawan yang tidak suka tempat ramai kurang nyaman. Dan beruntung Indonesia memiliki berbagai alternatif tempat wisata yang akan membuat kita dapat memilih tempat tujuan wisata. Kepulauan Raja Ampat salah satunya. Kepulauan Raja Ampat ini terletak di propinsi Papua Barat. Dan panorama alam yang disuguhkannya tak akan membuat kita rugi datang kesana. Asal mula nama Raja Ampat sendiri diduga merupakan sebuah mitos yang berkembang dan memiliki beberapa varian di masyarakat setempat. Mitos itu mengatakan bahwa ada seorang wanita yang menemukan 7 telur. 4 butir telor di antaranya menetas menjadi 4 orang pangeran yang berpisah dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat. Sementara 3 telur lainnya menjadi hantu, seorang wanita dan sebuah batu.Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang berdiam di kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Mereka adalah masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi kalau kita membawa oleh-oleh buat mereka berupa pinang ataupun permen. Barang ini menjadi semacam 'pipa perdamaian indian' di Raja Ampat. Acara mengobrol dengan makan pinang disebut juga "Para-para Pinang" seringkali bergiliran satu sama lain saling melempar mob, istilah di Papua untuk cerita-cerita lucu. Mereka adalah pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu kaluarga atau marga terdapat dua agama tersebut. Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan.Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata, terutama wisata penyelaman. Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan, mungkin juga diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini. Dr John Veron, ahli karang berpengalaman dari Australia, misalnya, dalam sebuah situs ia mengungkapkan, Kepulauan Raja Ampat yang terletak di ujung paling barat Pulau Papua, sekitar 50 mil sebelah barat laut Sorong, mempunyai kawasan karang terbaik di Indonesia. Sekitar 450 jenis karang sempat diidentifikasi selama dua pekan penelitian di daerah itu.Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. Ini menjadikan 75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini.Ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat antara P. Waigeo dan P. Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Timur Selatan dan Kepulauan Wayag. Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. Di beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.Mengunjungi kepulauan ini tidaklah terlalu sulit walau memang memakan waktu dan biaya cukup besar. Kita dapat menggunakan maskapai penerbangan dari Jakarta ke Sorong via Menado selama 6 jam penerbangan. Dari Sorong –kota yang cukup besar dan fasilitas lumayan lengkap- untuk menjelajahi Raja Ampat pilihannya ada dua, ikut tur dengan perahu pinisi atau tinggal di resor Papua Diving. Sekalipun kebanyakan wisatawan yang datang ke Raja Ampat saat ini adalah para penyelam, sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi turis non penyelam karena juga memiliki pantai-pantai berpasir putih yang sangat indah, gugusan pulau-pulau karst nan mempesona dan flora-fauna unik endemik seperti cendrawasih merah, cendrawasih Wilson, maleo waigeo, beraneka burung kakatua dan nuri, kuskus waigeo, serta beragam jenis anggrek.

Rabu, 11 Maret 2009

liburan di Malang.......

Beberapa waktu yang lalu saya dengan seorang teman liburan di Malang. Awalnya waktu berangkat sedikit aneh. Kenapa? Karena saya tidak tahu apa yang ingin saya tuju di Malang. Dan saya benar-benar asing dengan kota ini. Bagaimana tidak, terakhir kali saya ke Malang saat saya masih kelas 1 SD. Masih bersih dan lugu. Tetapi saat ini saya sudah dewasa dan jelas berbeda dengan dahulu (tak perlu saya jelaskan perbedaan ini, anda pasti tahu, hehehehe). Berangkat pukul setengah 9 malam dan akhirnya tiba di Malang pukul setangah 4 pagi. Damn, perjalanan yang sungguh membosankan, di dalam bus saya hanya menjadi tempat bersandar kepala seorang wanita. Kami melanjutkan perjalanan menggunakan mikrolet menuju rumah saudara teman saya. Kesialan tidak ingin beranjak dari saya rupanya. Kami ditelantarkan di sub terminal daerah jalan Dinoyo, jauh dari tujuan kami. Akhirnya saya dan teman memutuskan untuk mencarter mikrolet lainnya dan akan mengantarkan kami di tujuan, maklum hari masih pagi dan si sopir mau melewati trayeknya, demi uang dua puluh ribu rupiah.

Jam menunjukkan pukul 8 pagi, dan saya harus segera bergegas mandi. Kerena tidak ingin kesiangan untuk jelan-jalan hari pertama di kota Batu. Tanpa basa-basi air di kamar mandi yang begitu dingin menghajar tubuh, kaget bukan kepalang. Biasanya di Jogja air tidak sedingin ini pastinya. Selesai mandi sarapan dan langsung tancap gas menuju Batu. Rencana semula ingin naik angkutan umum ke Batu tetapi teringat kejadian tadi pagi rasanya malas sekali. Perjalanan kurang lebih 1 jam kami lalui dengan riang gembira penuh dengan asap rokok untuk mengusir dingin. Haha......
Sampai di Batu suasana ramai sudah terasa saat melewati daerah seperti alun-alun. Benar saja dikawasan wisata ini yang dipenuhi oleh bebbagai jenis dan bentuk objek wisata mulai dari permainan (Jatim Park) maupun wisata agro seperti di kawasan yang membudidayakan tanaman apel, strowberry maupun jeruk. Tahu apa yang kami pilih? Kawasan agro. Di Jogja ga ada masalahnya. Sayangnya kami tidak dapat masuk ke kawasan jeruk dan strowberry karena masih dalam tahap habis, hehehehe atau selesai panen. Jadi ga ada buahnya, percuma masuk kan kalo ga bisa metik buahnya. Jadinya masuk ke kawasan apel yang memang menjadi ikon kota Malang atau Batu itu sendiri.
Masuknya ke agro apel ini satu orang dapat memilih beberapa paket. Kami memilih paket kedua yang dapat fasilitas jus apel, dapat memetik apel di kebun tetapi hanya 2 buah, dan dapat jus lagi saat akan keluar kawasan agro apel ini. Ternyata di dalam kawasan agro ini ada flying fox-nya, jadi ga melulu liat pohon apel terus. Sialnya saat akan mencoba permaina ini hujan turun dengan darasnya, jadi tertunda deh. Setelah hujan selesai kira-kira menunggu menghabiskan setengah bungkus rokok, lama banget masalahnya, saya dan teman segera bergegas untuk kembali ke Malang supaya tidak terjebak hujan lagi dalam perjalanan.
Sampai dari tempat saudara teman kami istirahat sejenak untuk kembali melanjutkan petualangan di Malang. Hmmm, Malang di maam hari ternyata lebih menyenangkan. Sepi dan dingin, jalanan Malang lebih santai dari pada di Jogja. Tujuan malam ini adalah menjelajahi daerah Dinoyo. Di daerah ini banyak sekali terdapat semacam distro atau FO. Setelah keluar masuk distro Malang tanpa membawa hasil satu barangpun (karena niatnya cuma pengen liat-liat) kami menuju ke sebuah warung kopi saran dari teman-teman di Jogja (karena kami berdua memang penggila kopi tradisional). Arek Ga Payu namanya, disingkat jadi AGP, di Malang setahu saya hanya ada satu warung kopi. Dan kopinya memang khas, kental, pahit dan harum. Benar-benar pas, dinginnya suasana malang di malam hari dengan kopi panas dan rokok yang mengepul. Mantab dan salam kopi semi.........
lanjut part 2 ya besok.......

Kamis, 26 Februari 2009

Kopi Pahit Kadang Sepahit Hidup Kita

Malam itu masih saja aku ingat. Malam yang tak kan ku lupakan. Malam di tempat yang asing. Aku merasakan keanehan yang membosankan tetapi aku menikmatinya. Aku jauh, jauh dari tempatku. Ini bukan kamarku, ini bukan rumahku, ini bukan kotaku, bukan Jogja. Biasanya malam seperti ini aku berada di kamarku yang hangat dan nyaman. Tetapi aku tidak di tempatku. Aku berada jauh di peraduan, di pelabuhan, Ketapang namanya. Ah kenapa aku merasakan sesuatu yang begitu membingungkan. Malam itu aku bergelut dengan dingin. Dingin anginnya laut, dingin air gerimis, dingin hatiku.
Sungguh malam ini begitu jahanam. Aku tidak ingin mengingatnya tetapi aku rindu malam itu. Begitu banyak kejadian-kejadian yang telah aku lewati. Kejadian yang buruk maupun kejadian yang menyenangkan. Semuanya terlintas di kepalaku. Semuanya. Ingin sekali aku menangis. Tetapi tetap saja air mata ini tak bisa meleleh. Apakah ini efek dari kerasnya hatiku, piciknya pikiranku. Percuma saja. Air mata tak kan menyelesaikan permasalahan. Air mata tak kan membawaku ke waktu yang lalu sebelum aku melakukan kesalahan.
Ingin sekali aku kembali untuk memperbaiki semua kesalahan, supaya yang di otakku hanya keberhasilan yang selalu ada. Tapi itu mustahil. Aku hanya bisa berusaha untuk tidak membuat hal buruk lagi. Aku duduk di tepi terotoar. Kulihat langit nan hitam. Hitam kelam. Dari hitamnya langit jatuh tetesan air yang tak berirama. Sayup-sayup kudengar lantunan lagu yang berasal dari radio kotak milik penjaja makanan. Suara radio kotak yang begitu khas.
Kopi itu hanya kupandang saja. Belum kunikmati. Aku pikir kopi itu manis. Sesuai pesananku kepada si penjual. Tetapi setelah kuminum kopi ini begitu pahit. Sepahit hidupku saat itu. Setelah aku minum kopi itu, kuletakkan di kursi sebelah. Kupandang cangkir berisi cairan hitam yang berasa pahit itu.
Aku tersenyum. Hatiku seakan terhibur. Bukan seakan. Tetapi hatiku memang terhibur. Bagaimana tidak. Aku menemukan sesuatu yang baru. Kutemukan kebijaksanaan di cangkir itu.
Kopi hanya berasal dari biji saja yang setelah dipetik lalu dijemur dan dimasak dan akhirnya ditumbuk. Saat diseduh tanpa gula rasanya pahit. Yah kopi memang pahit, tetapi jika kita dapat menikmatinya maka kita akan merasakan sesuatu kenikmatan yang tek terkira. Begitu pula dengan hidup kita. Hidup ini memang terkadang pahit, tetapi jika kita dapat melaluinya dengan rasa senang maka kita juga akan mendapatkan kenikmatan yang begitu luar biasa. Semoga saja…..